6 Hal Utama Upaya Peningkatan Kualitas atau Motivasi Karyawan

Bookmark and Share
Pada postingan sebelumnya mengenai : Penyebab Turunnya Kualitas atau Motivasi Kerja Karyawan , dijelaskan terdapat enam hal utama yang menjadi penyebabnya.

Adapun untuk Meningkatkan Kualitas atau Motivasi Karyawan, adalah kebalikan dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya.

Keenam faktor tersebut adalah :

1. Beban kerja yang tidak berlebihan : banyaknya pekerjaan yang harus diemban idealnya harus sebanding dengan man power yang ada, setiap posisi tertentu memegang tanggung jawab atas divisi yang dipimpinnya, pengaturan schedule yang tepat tentu akan lebih efektif dengan man power yang tersedia.


2. Wewenang : Besarnya tanggung jawab yang harus dipikul harus disertai wewenang dalam membuat keputusan. Misal : tak mungkin seorang bawahan memegang kendali pekerjaan bos atasannya langsung tanpa berdasarkan pertimbangan yang matang, ada kalanya seorang atasan perlu memberi kepercayaan kepada bawahannya untuk tugas-tugas yang lebih tinggi dari posisi bawahannya, sehingga dia merasa mempunyai semangat dan merasa dihargai.

3. Imbalan yang cukup : besar atau Kecilnya upah disesuaikan dengan volume pekerjaan, menariknya skema insentif dari target yang ingin dicapai, perubahan kebijakan yang lebih baik dari kebijakan sebelumnya. Misal : menyesuaikan kenaikan upah tahunan dengan segera, perubahan menjadi tenaga permanen dari kontrak/outsoursing, penambahan tunjangan kesejahteraan, pemberian bonus dsb. Ada kalanya juga karyawan diberi tips diluar gaji atau bonus sehingga membuat mereka lebih bersemangat dalam bekerja

4. Kuatnya sambung rasa : tidak terjadinya pengkotak-kotakan penugasan yang berdampak pada meningkatnya isolasi sosial dalam lingkungan kerja. Misal : adanya job desk yang tidak terlalu kaku, gaya manajemen yang merangkum semua komponen karyawan dsb.

5. Perlakuan yang adil : Tidak janji janji muluk, penilaian atau perlakuan yang sama serta berdasarkan “kompetensi” bukan “like or dislike”. Misal : kebijakan yang demokrat, bijaksana, tidak berat sebelah, tidak ada anak emas, adanya sistem imbalan yang jelas dan baku, jelasnya masalah pengangangkatan karyawan tetap/permanen, tidak adanya diskriminasi berdasarkan pada kesamaan suku (sukuisme), kesamaan alumni, kesamaan minat, nepotisme, dsb. Kebanyakan perusahaan masih mementingkan kedaerahan suku atau nepotisme keluarga dibandingkan dengan profesionalisme kerja. untuk hal demikian harus dihilangkan karena akan berdampak ketidakpercayaan di tempat kerja.

6. Tidak terjadinya konflik nilai : Kesesuaian antara prinsip pribadi dengan tuntutan pekerjaan yang tidak bertentangan dengan nilai moral yang diyakininya. Kerja adalah ibadah., tidak mentelorir pekerjaan yang tidak jujur, berbohong, curang dan lain sebagainya